Otot adalah suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Jika sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu disebut juga dengan berkontraksi (Syaifuddin, 2006).
Maka sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :
- Kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi atau memendek (Alvyanto, 2010)
- Aktin dan miosin adalah mikrofilamen yang tersusun secara longitudinal, terdiri dari sel otot.
- Semua sel otot memerlukan stimulasi listrik (potensial aksi) untuk berkontraksi. (Stephen, 2003).
- Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi.
- Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi (Alvyanto, 2010).
Berdasarkan fungsi dan strukturnya otot dibedakan menjadi tiga jenis, sel yang menyusun otot ini memiliki persarafan neuron, membran, dan sifat listrik yang berbeda:
- Otot Lurik
Otot lurik atau disebut juga dengan otot rangka karena melekat pada rangka dan berfungsi menggerakkan rangka. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot atau miofibril yang berinti banyak. Miofibril dalam plasma berwarna gelap dan terang, tersusun teratur, dan tampak bergaris sehingga disebut otot serat lintang atau otot lurik.
Miofibril membentuk kumpulan serabut yang disebut otot atau daging. Tiap kumpulan serabut dilindungi oleh selaput yang disebut fasia propria, sedangkan otot atau daging dilindungi oleh selaput fasia superfisialis.
Biasanya gabungan otot berbentuk kumparan dengan bagian tengahnya menggelembung disebut empal atau ventrikel. Sementara itu, bagian tepi gabungan otot tersebut mengecil disebut urat otot atau tendon. Bagian empal dapat berkontraksi mengerut dan mengendur. Setiap otot memiliki dua buah tendon atau lebih. Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio, sedangkan tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.
Otot lurik disebut otot sadar (volunter) karena bekerjanya dikendalikan oleh kehendak kita. Kontraksinya cepat, tidak teratur, dan mudah lelah. Otot lurik dapat bergerak karena rangsang berupa panas, dingin, arus listrik, dan rangsang kimia.
2. Otot Jantung atau Myocardium
Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini secara anatomis mempunyai ciri seperti otot lurik, tetapi berinti banyak dan terletak di tengah. Otot jantung mempunyai cabang-cabang yang menghubungkan sel satu dengan selsel lain disebut anastomosis. Batas antarselnya tampak jelas dan disebut diskus interkalaris (Alvyanto, 2010).
Melihat fungsinya otot jantung dapat disamakan dengan otot polos yakni bekerja diluar kesadaran kita (involunter), otot jantung mendapat rangsangan dari susunan otonom.
- Diskus interkalatus. Taut celah khusus yang secara elektrik memasangkan (antarkoneksi) semua sel otot jantung. Jadi, potensi aksi yang dibangkitkan di satu sel dapat menyebar ke semua sel, menyebabkan seluruh jantung berkontraksi.
- Kontraksi involunter. Berbeda dengan otot lain, sel otot jantung tidak membutuhkan perangsangan oleh saraf, tetapi dapat membangkitkan sendiri potensial aksinya. Potensial aksi ini berlangsung lama karena permeabilitas membran yang relatif tinggi terhadap ion natrium. Jadi, kontraksi jantung berlangsung lama, dengan periode relaksasi (periode refrakter) yang lama diantaranya (Stephen, 2003).
3. Otot Polos
Sel-sel otot polos mempunyai bentuk seperti gelendong, berinti satu, dan terdapat di tengah. Miofibril berwarna polos (tidak berwarna gelap dan terang). Kerja otot polos adalah tidak sadar (tidak dipengaruhi kehendak/involunter), lambat, teratur, dan tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada dinding saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan pembuluh darah sehingga sering disebut otot alat-alat dalam (Alvyanto, 2010). Dalam hal ini otot saraf dan otot vena termasuk ke dalam otot polos.
Kontraksi otot
Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis panas, dingin dan lain-lain. Dalam sehari-hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan saraf motorik.
Tiap otot dikelilingi oleh yang merupakan jaringan selaput pembungkus yang disebut perimisium/fasia. Fasia ini selain berfungsi sebagai pembungkus otot juga berfungsi:
- Menahan dan melindungi otot supaya otot tetap pada tempatnya
- Tempat asal/origo dari beberapa otot
- Tempat letaknya pembuluh darah dan saraf untuk jaringan otot
Diantara urat otot dan tulang terdapat kansungan lendir yang disebut juga mukosa bursa yang didalamnya terdapat pergeseran dengan tulang. Disamping itu juga memudahkan gerak otot terhadap kedudukan tulang.
Macam-macam otot
- Menurut bentuk dan serabutnya, meliputi otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas, otot bersirip dan otot melingkar/sfingter.
- Menurut jumlah kepalanya, meliputi otot berkepala dua, otot berkepala tiga/triseps dan otot berkepala empat/quadriseps.
- Menurut pekerjaanya, meliputi:
- Otot sinergis, otot bekerja bersama-sama
- Otot antagonis, otot yang kerjanya berlawanan
- Otot abduktor, otot yang menggerakkan anggota menjauhi tubuh
- Otot adduktor, otot yang menggerakkan aggota mendekati tubuh
- Otot fleksor, otot yang membengkokkan sendi tulang atau melipat sendi
- Otot ekstensor, otot yang meluruskan kembali sendi tulang kedudukan semula
- Otot pronator, ketika ulna dan radial dalam keadaan sejajar
- Otot supinator, ketika ulna dan radial dalam keadaan menyilang
- Endorotasi, memutar ke dalam
- Dilatasi, memanjangkan otot
- Kontraksi, memendekkan otot
- Menurut letaknya otot-otot tubuh dibagi dalam beberapa golongan yaitu:
- Otot bagian kepala
- Otot bagian leher
- Otot bagian dada
- Otot bagian perut
- Otot bagian punggung
- Otot bahu dan lengan
- Otot panggul
- Otot anggota gerak bawah
Perubahan Bentuk Otot
Semua organ tubuh secara terus-menerus dibentuk kembali untuk menyesuaikan fungsi-fungsi yang dibutuhkan olehnya. Diameter diubah, panjang diubah, kekuatan diubah, suplai pembuluh darah diubah, bahkan tipe serat otot diubah. Proses perubahan bentuk ini seringkali beelangsung cepat dalam waktu beberapa minggu.
- Hipertrofi
Bila masa suatu otot menjadi besar akibat dari peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin dalam serat setiap otot., peristiwa ini terjadi sebagai respon terhadap kontraksi otot yang berlangsung pada kekuatan maksimal. Hipertrofi yang sangat luas dapat terjadi bila selama proses kontraksi otot-otot diregang secara simultan, selama maksimum dalam waktu 6-10 minggu. Kalau kontraksi sangat kuat, jumlah filamen aktin dan miosin bertambah banyak secara progresif di dalam miofibril. Miofibril akan pecah disetiap otot untuk membentuk miofibril yang baru.
2. Atrofi otot
Bila masa suatu otot menurun karena otot tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama, kecepatan penghancuran protein kontraktil dan jumlah miofibril yang timbul akan berlangsung lebih cepat dari pada kecepatan penggantinya. Akibatnya otot mengecil melebihi normal, dapat menyebabkan atrofi. Peristiwa ini menyebabkan bertambahnya sarkomer-sarkomer baru pada ujung serat otot tempat otot melekat pada tendo. Bila suatu otot tetap memendek secara terus-menerus kurang dari panjang normal, sarkomer-sarkomer pada ujung otot akan menghilang hampir sama cepatnya. Melalui proses ini otot secara terus-menerus dibentuk kembali untuk memiliki panjang yang sesuai bagi otot tertentu.
3. Rigor mortis
Beberapa jam setelah kematian, semua otot dalam tubuh masuk dalam keadaan kontraktur yang juga disebut rigor mortis yaitu otot berkontraksi dan menjadi kaku walaupun tidka terdapat potensial aksi. Kekakuan ini disebabkan hilangannya semua ATP yang dibutuhkan untuk menyebabkan pemisahan jembatan penyebrangan dari filamen aktin selama proses relaksasi.
Otot dalam keadaan kaku karena protein-protein otot dihancurkan. Biasanya disebabkan proses autolisis akibat enzim yang dikeluarkan hormon 15-25 jam kemudian. Ini berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi (Syaiffudin, 2010).